5 Sept 2007

AKU

AKU, sepenggal kata yang dapat dimaknai keegoisan, dengan menggunakan kata tersebut kita dapat meng-claim berbagai macam hal. Harta aku, hidup aku, kendaraan aku, "kekasih" aku dan hal-hal lain yang dapat dilabeli aku. Disadari atau tidak lingkungan sudah mematri dengan baik dalam benak kita. Tapi kini sepertinya terlalu banyak manusia mengaku-aku secara berlebihan dan melupakan hakikat sebenarnya. Itu merupakan perhiasan dunia yang bisa menjerumuskan sebagai "budaknya" atau menuntunmu lebih dekat dengan tuhan.

Perhatikan di sekelilingmu ketika mereka kehilangan apa yang telah dimiliki. Mereka sedih, marah, menjerit histeris dan beribu-ribu lainya berbaur sehingga menjadikan akal sehatnya sekarat. Mengapa harus meluapkan seluruh rasa? Mengapa harus dihadapi dengan kepanikan? Mengapa harus menganiyaya diri? Bila benar semua yang engkau punya adalah milikmu mengapa hal tersebut masih bisa lepas dari genggaman-genggaman erat tanganmu. Mana kekuasaan terhadap "benda-benda" yang telah engkau labeli aku? Hanya itukan caramu agar semuanya tak lepas?

Bukan... bukan... bukan... maksud dengan membunuh rasa itu karena kehilangan apa yang telah kita miliki, bila engkau merasa sedih, marah dan kesal tumpahkanlah sewajarnya. Maka pahamilah hakikat sebenarnya jadikan apa yang kita raih bukan sebagai tujuan melainkan sebagai jalan agar kita lebih dekat dengan-NYA. inna lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun.

2 comments:

Anonymous said...

Susah untuk benar-benar menyadari bahwa semua yang kita punyai adalah hanya titipan saja..dan bukan hal yang tidak mungkin akan berkurang bahkan habis diambil yang PUNYA..Susah untuk dapat menyadari bahwa Dia lah pemilik segalanya meskipun kita beranggapan kita lah yang telah berusaha untuk mewujudkan semuanya..
Buka mata,buka hati, dan pasrah atas segala titipan-Nya…

Anonymous said...

ke aku an yang kang Emil ungkapkan sepertinya ke aku an yang berarti miliku dengan arti sesuatu yang ku miliki yang mesti aku jaga, perhatikan dan sayangi tanpa meminta suatu imbalan, dan bahayanya sepertinya ke aku an yang terjadi kebablasan, menjadi suati ketergantungan dan meminta imbalan dari yang kita jaga dan sayangi tersebut makanya timbulah kesedihan apa bila si punyaku itu pergi meninggalkan kita. kita ambil contoh karena sudah terbiasa kita di kasihi di sayangi di pelihara dan dipenuhi kebutuhan kita oleh AYAHKU, terus pas kita di tinggalkan timbulah efek sedih yg mungkin sampai meraung raung dsb. jadi yang benar menurut sayah adalah ke aku an disini hanyalah rasa memiliki tanpa mengharapkan imbalan meskipun terkadang mereka memberikan timbal balik anggaplah itu sebagai suatu BONUS. Nah dari semua itu sayah rasa harus di tekankan atau dipersiapkan sikap kemandirian untuk menghindari ketergantungan dari efek ke aku an tersebut. atau lebih tepat lagi Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji’uun.
terima kasih